Tuesday, June 7, 2011

the teenagers who need freedom

si remaja yang butuh kebebasan

Foto: Google
Salah satu ciri khas anak remaja adalah mereka menuntut kebebasan dari orangtuanya. Mereka alergi terhadap kekangan, pertanyaan-pertanyaan mendetail, aturan-aturan yang terlalu membatasi gerak, dsb. Mereka mulai menemukan bahwa mereka tidak suka orangtua mereka terlalu mengawasi setiap gerak-gerik mereka dan menentukan keputusan yang harus mereka ambil.
Hampir semua anak remaja selalu mempertanyakan mengapa orangtua mereka terlalu mempertanyakan hal-hal secara mendetail, terlalu ketat dalam pengawasan, padahal mereka selalu merasa sudah besar dan ingin mengatur diri sendiri.
Pokoknya ingin bebas! Dan kata “bebas” ini yang sering kali menjadi pemicu pertengkaran orangtua dan anak remaja.
Orangtua mengartikan “bebas” sebagai berikut:
  • Bebas bergaul tanpa batasan, dalam artian anak-anak remaja ingin bergaul dengan siapapun teman mereka walaupun teman tersebut pecandu narkoba, geng, dsb
  • Bebas tanpa aturan dan kesepakatan, dengan maksud anak tidak mau menerima masukan apapun, pulang tengah malam, main ke mall atau klub, dsb
  • Bebas tanpa memperhatikan norma kesusilaan dan norma agama
  • Bebas dalam artian tidak mau patuh lagi pada orangtua
Sementara anak remaja mengartikan “bebas” sebagai berikut:
  • Bebas bergaul dengan kepercayaan bahwa mereka dapat memilih teman yang terbaik bagi mereka.
  • Bebas tanpa dipertanyakan secara mendetail, atau terlalu diawasi, serta diberikan kepercayaan, bahwa mereka adalah anak-anak yang baik dan tidak akan mengecewakan orangtua.
  • Bebas berpendapat, bebas mengemukakan usul, bebas mengeluarkan inspirasi mereka
Itulah remaja. Mereka sedang dalam masa menemukan kepribadian dan jati diri mereka. Mereka merasa bahwa mereka bukan anak kecil lagi yang harus segala-galanya diatur orangtua. Mereka ingin memiliki pilihan, dan orangtua harus mengarahkan mereka pada pilihan yang baik.
Anak remaja telah sadar diri bahwa usia mereka bertambah seiring bertambah dan berubahnya tubuh mereka. Dulu kecil, sekarang sudah besar. Dulu mereka diatur, kini mereka ingin mengatur.
Setiap fase ini adalah fase pendewasaan diri. Orangtua sebaiknya mengarahkan, memberikan pilihan, tapi mengarahkan mereka. Tunjukkan baik-buruk setiap persoalan. Lalu biarkan mereka memilih.
Memang, mengawasi atau bersikap terlalu ketat pada anak-anak adalah bukti cinta orangtua terhadap anaknya. Orangtua ingin anak-anak mereka selamat, tidak tertimpa apapun yang membahayakan mereka. Orangtua mengerti bahwa anak mereka bukan lagi balita, tapi emosi mereka masih labil, belum terkontrol secara baik, karena itu mereka masih perlu diawasi.
Kepercayaan orangtua adalah faktor penentu seorang remaja untuk bertanggungjawab. Semakin tinggi kepercayaan kita terhadap mereka, semakin tinggi pula rasa tanggungjawab mereka.
Hendaknya orangtua menyampaikan dengan bijak tentang niat baik mereka dalam menjaga dan mendidik anak-anak mereka. Penyampaian yang baik akan memunculkan pengertian antara keua belah pihak. Seharusnya pula, orangtua dapat mengenali kepribadian masing-masing anak. Sebab lain anak, lain pula cara penyampaian dan penanganannya. Atau bisa jadi, lain anak lain aturannya.Jangan sampai orangtua salah membuat aturan. Bisa-bisa bukannya anak semakin baik, malah semakin menjadi-jadi.
Tanamkan pada anak-anak, bahwa aturan yang Anda buat adalah aturan yang ingin menjaga dan menyelamatkan mereka. Orangtua ibarat sebuah pagar. Pagar yang baik adalah pagar yang mampu menjaga tanaman dan isi kebun dari serangan binatang-binatang atau perusak tanaman. Begitulah orangtua yang selalu ingin menjaga anak-anaknya.

No comments:

Post a Comment