Wednesday, May 25, 2011

Early Detection Little Anticipate Growth Abnormalities

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Si Kecil Antisipasi Kelainan

Ilustrasi: Anak adalah buah hati. Orang tua akan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Terkadang tanpa sadar orang tua sering mengabaikan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. (foto: readysteadybaby)

Adanya gangguan dan kelainan yang terjadi pada usia dewasa dapat dideteksi sejak balita. Dalam hal ini, peran orangtua dan dokter anak cukup besar.

Setiap orangtua pasti ingin tumbuh kembang buah hatinya berjalan sempurna. Namun bagaimana jika ada gangguan dalam tahapan proses tumbuh kembang si kecil?
Anda bisa mengetahuinya melalui program Kementrian Kesehatan yang dilakukan dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional, yakni dengan kegiatan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK).

SDIDTK merupakan rangkaian kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang secara dini agar lebih mudah diintervensi serta memberikan konseling kepada keluarga  bagaimana cara menstimulasi tumbuh kembang anak.
“Bila penyimpangan terlambat dideteksi, maka lebih sulit diintervensi dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak,” kata Direktur Kesehatan Anak, Ditjen Bina Kesmas, Kementrian Kesehatan, Fatni Sulani.
Program yang dilakukan selama 3 hari pada 13-15 Juli lalu ini telah menjalani pelayanan SDIDTK bagi 500 anak usia 0-6 tahun di Jakarta.
Hasilnya, dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayed Development (tumbuh kembang yang terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed Development sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali sebanyak 7 anak dan anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak.
Kelainan tersebut bisa ditemukan dengan melakukan beberapa proses pemeriksaan mulai dari pengukuran lingkar kepala, ukuran tinggi badan dan memperhatikan beberapa deteksi dini penyimpangan sebagai berikut:
1.    Perhatikan Pertumbuhan, lihat status gizi anak apakah normal, kurang atau buruk, makrocephali dan mikrocephali.
2.    Perhatikan Perkembangannya, apakah mengalami kelemahan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya dengar
3.    Perhatikan gangguan mental emosionalnya
4.    Autisme
5.    Perhatikan pula hiperaktivitas dan gangguan pemusatan perhatiannya.
“Semua ini bisa dilakukan, baik di lingkungan keluarga, di Posyandu, TK, TPA, Taman Penitipan Anak, POS PAUD, Kelompok bermain, Panti Asuhan atau di tempat-tempat sarana pelayanan kesehatan,” katanya lagi.
Ayah dan Bunda, ayo segera lakukan SDIDTK agar proses tumbuh kembang anak bisa diketahui sejak dini.
Begitu juga dengan dr Natalina Soesilowati Sp A dari Klinik Tumbuh Kembang Anak RSIA Hermina Daan Mogot dalam acara talk show "Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak", di Center Court lantai satu Mal Matahari Puri-Daan Mogot, akhir pekan lalu. Turut menjadi pembicara dalam talk show ini Novita Tandry dari Tumble Tots Indonesia.

Menurut Natalina, tumbuh kembang anak mencakup peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
"Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran-ukuran fisik anak seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan fungsi-fungsi individu yang terdiri dari kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi-sosial, kemandirian, intelegensia, dan perkembangan moral," ujar dia

Dia mengemukakan, secara garis besar, tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tumbuh kembang fisik, intelektual, dan emosional. Selain itu, ujar lulusan FKUI itu, kualitas tumbuh kembang anak ini ditentukan oleh faktor potensi genetic heredo konstitusional dan peran lingkungan.

Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh kembang anak. Peran lingkungan, kata dia, juga menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak yaitu kebutuhan bio-psikososial yang terdiri dari kebutuhan biomedis (asuh) dan kebutuhan psikososial (asih dan asah). Lingkungan ini terdiri dari lingkungan mikro (ibu atau pengganti ibu), lingkungan mini (ayah, kakak, adik, status sosial ekonomi,), lingkungan meso (hal-hal di luar rumah), dan lingkungan makro.

Dia mengatakan, deteksi tumbuh-kembang ini, sudah bisa dilakukan sejak anak memasuki ruang pemeriksaan bersama orangtuanya melalui observasi atau pengamatan dengan memperhatikan mulai penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan hingga interaksi dengan lingkungannya. "Namun demikian deteksi dini adanya gangguan sebaiknya dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih objektif," tegasnya.

Dia menjelaskan, keluhan utama orang tua, berkaitan dengan anamnesis terutama terhadap tumbuh kembang anak dapat mengarah pada kecurigaan adanya kelainan seperti lebih pendek dari teman sebayanya, umur enam bulan belum bisa tengkurap, sembilan bulan belum bisa duduk hingga dua tahun belum bisa bicara.

Dalam deteksi dini anamnesis ini, yang dipertanyakan adalah faktor risiko pada balita (intrinsic, genetic-heredokonstitusional), faktor risiko pada ibu (umur, tinggi badan, jumlah anak, jarak kehamilan, riwayat pernikahan, merokok, pernah mengonsumsi alkohol), faktor risiko lingkungan mini (ayah, saudara kandung dan anggota lain serumah), lingkungan meso (tetangga, dan teman bermain) dan lingkungan makro.

Sementara itu, dalam deteksi dini tumbuh kembang anak berupa pemeriksaan fisis rutin yang diperiksa adalah meliputi tinggi badan, berat badan dan ukuran kepala. Tinggi badan dan berat badan berguna untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan.

Sedangkan bentuk, ukuran dan simetri kepala juga harus diperhatikan. Lingkar kepala yang lebih kecil (mikrosefali) berhubungan erat dengan gangguan perkembangan kognitif. "Bentuk kepala yang aneh sering berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh kembang," jelasnya.

Relatif Cepat

Skrining perkembangan adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah bagi anak-anak yang tanpa gejala namun mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. "Blackman menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis rutin harus dilakukan skrining secara periodik, sedangkan bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan pertanyaan praskiring yang diisi atau dijawab oleh orang tua," katanya seraya menambahkan apabila ada kecurigaan dalam tumbuh kembang yang dijawab oleh orang tua balita, baru dilanjutkan dengan skrining.

Perangkat skrining ini terdiri dari beberapa perangkat seperti Denver II, dan Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BIS). Pemeriksaan lanjutan, ungkapnya, juga berguna untuk menentukan diagnosis. Penyebabnya tergantung jenis gangguan tumbuh kembang balita seperti pemeriksaan neurologis, radiologis, genetis, endokrin dan lain lain.

Apabila semakin kompleks gangguan tumbuh kembang bayi, Natalina mengatakan diperlukan tim yang lebih lengkap dan terkoordinir yang melibatkan spesialis anak, THT, mata, psikiater rehabilitasi medik, ortopedi dan lain-lain. "Terlihat di sini peran orang tua dan anak dalam tumbuh kembang anak," ujarnya.

Selain talk show, diadakan pula berbagai lomba yang diselenggarakan oleh Tumble Tots Daan Mogot yang merupakan tempat bermain anak (play group). Lomba ini melibatkan anak-anak dan orang tua, seperti lomba mewarnai, lomba mengganti diapers untuk ayah, lomba fashion show, penampilan dari Tumble Tots dan sinterklas, pameran buku dan bazaar serta tersedianya stan-stan dari pihak sponsor yang menawarkan berbagai diskon menarik.

Pemerintah perlu menggiatkan kembal sosialisasi pentingnya tumbuh kembang anak kepada masyarakat, seiring dengan masih banyaknya anak yang mengalami kelainan tumbuh kembang akibat pola asuh yang salah.

"Akibat pola asuh yang salah, banyak anak yang tumbuh kembang dan prerilakunya tidak sesuai dengan usianya. Seperti anak usia tiga tahun, masih belum bisa memasukkan kancing baju, atau meloncat" kata dokter Erna Mulati, Ketua Panitia Pelayanan Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak (SDIDTK) di Jakarta.

Dia menyebutkan saat dilakukan penyuluhan SDIDTK di DKI Jakarta, dari 400 anak yang diperiksa terdapat 11,5% anak yang terdeteksi mengalami kelainan dalam tumbuh kembangnya.

"Ini di Ibukota loh ya. Bagaimana di daerah, mungkin bisa lebih besar lagi," ujar Erna di sela-sela seminar  SDIDTK di Jakarta.

Dia menyebutkan pola asuh salah tersebut, bisa jadi karena orangtua kurang memahami masalah tumbuh kembang anak, atau malas membawa anak ke Posyandu, serta karena kesibukan orangtua bekerja di luar rumah dan menyerahkan pola asuh anaknya kepada pembantu di rumah tangga.

"Kami juga menemukan sekitar 1% diantara anak yang diperiksa tersebut mengalami gizi buruk," tambahnya.

Pelayanan SDIDTK untuk anak usia 0-6 tahun ini, diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan di 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta 13-14 Juli, dan dilanjutkan dengan seminar SDIDTK Anak mengoptimalkan potensi anak dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional (HAN) hari ini.

Kegiatan stimulasi ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyimpangan pertumbuhan, perkembangan, gangguan mental emosional, autism, hiperaktivitas, dan gangguan pemusatan perhatian pada anak.

Anak adalah buah hati. Orang tua akan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Terkadang tanpa sadar orang tua sering mengabaikan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Bidan sebagai salah satu petugas yang membantu persalinan harus mengetahui mengenai tumbuh kembang anak yang kemudian dapat memberi masukan bagi orang tua untuk dapat merawat anak mereka dengan baik. Untuk itu diadakan pelatihan Stimulasi dan Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak di Kota Surabaya.

Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi bidan tersebut dilaksanakan di ruang pertemuan Puskesmas Jagir. Pelatihan kali ini diikuti oleh 10 bidan dari 10 Puskesmas yaitu Mojo, Tambak Rejo, Lidah Kulon, Medokan Ayu, Peneleh, Ketabang, Dupak, Krembangan Selatan, Kenjeran dan dr Soetomo.

Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 12-16 Mei 2011 tersebut merupakan pelatihan angkatan kedua. Sebelumnya untuk angkatan pertama dilaksanakan pada tanggal 5-9 Mei 2008 di tempat yang sama.

Mengenai tumbuh kembang anak ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam antara lain disebabkan oleh ras, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan kelainan kromosom. Sedang faktor dari luar antara lain faktor prenatal, persalinan dan pasca persalinan. Ada berbagai informasi yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan pengawasan berat badan bayi antara lain ”Pada usia 5 bulan berat badan bayi akan menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir” ujar dr. Radix Hadrianto, Sp. A sebagai salah satu pemateri dalam pelatihan itu. Untuk tinggi badan pada saat lahir bayi rata-rata mempunyai panjang sekitar 50 cm. Pada usia satu tahun akan menjadi 1,5 kali panjang badan pada saat lahir. Mengenai tinggi badan ada rumus sederhana untuk mengetahui tinggi badan anak laki-laki dan perempuan yaitu TB anak Perempuan = <(TB ayah – 13 cm)+ TB ibu> ∕2 ± 8,5 cm untuk anak laki-laki yaitu TB anak laki-laki = <(TB ayah – 13 cm)+ TB ayah> ∕ 2 ± 8,5 cm.

Untuk tumbuh kembang anak yang optimal harus dilakukan stimulasi. Stimulasi dapat dilakukan dengan Alat Permainan Edukasi (APE). Syarat APE yang baik adalah aman, desain harus jelas, mempunyai aspek pengembangan, ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak. Contoh APE antara lain bola (menstimulasi motorik kasar), pensil (motorik halus), puzzle dan buku gambar (kecerdasan kognitif). Peran orang tua sangat besar dalam tumbuh kembang anak baik stimulasinya maupun pengawasannya.

Beberapa contoh gangguan yang sering ditemukan dalam tumbuh kembang anak antara lain gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, down syndrome, perawakan pendek, gangguan autisme, retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Pengetahuan yang diberikan sangat berguna bagi bidan dalam menjalankan fungsinya, ”Sangat bagus untuk mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan balita”, ujar Alvin perwakilan bidan dari Puskesmas Lidah Kulon.
(fn/vs/gz/bs/se) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment